Sabtu, 03 Desember 2011

MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN “Teori behaviorisme, teori kognitifisme, dan teori kontrutivisme”


Hendri Haryadi
STIKes ALIFAH Padang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang.
Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) mempunyai matlamat memperkembangkan fungsi murid secara menyeluruh dan bersepadu bagi mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani supaya mereka dapat menjalani kehidupan seharian mereka dengan berkesan dan penuh tanggungjawab. Untuk mencapai matlamat ini, di antara lain, guru perlu mempunyai kemahiran memilih kaedah pengajaran dan pembelajaran dengan bijaksana supaya kaedah yang dipilih itu sesuai dengan murid-murid yang pelbagai kebolehan dan minat.
Ilmu pengetahuan murid tidak semuanya berasal daripada maklumat deria yang wujud secara bebas dalam persekitaran yang diserap ke dalam fikiran murid melalui pengalaman pancaindera, atau kewujudan pengetahuan sejadi dalam mental, tetapi ilmu pengetahuan itu diperolehi dengan cara membina sendiri oleh setiap murid melalui pengalaman, renungan dan pengabstrakan.
1.2  Rumusan masalah.
1.      Mengetahui pengertian dari teori behaviorisme, teori koqnitivisme da teori kontruktivisme?
2.      Apa ciri – ciri dari teori behaviorisme?
3.      Apa implikasi dari teori behaviorisme?
4.      Apa prinsip – prinsip dari teori kognitivisme?
5.      Bagaiman konsep umum dari teori konstruktivisme?
6.      Apa perbedaab objektivisme dengan konstruktivisme?
1.3  Tujuan.
1.      Mengetahui pengertian dari teori behaviorisme, teori koqnitivisme da teori kontruktivisme.
2.      Mengetahui ciri – ciri dari teori behaviorisme.
3.      Mengetahui implikasi dari teori behaviorisme.
4.      Mengetahui prinsip – prinsip dari teori kognitivisme.
5.      Mengetahui konsep umum dari teori konstruktivisme.
6.      Mengetahui perbedaan objektivisme dengan konstruktivisme.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Teori Behaviorisme.
Teori ini dipelopori oleh Pavlov, Watson, Hull, Guthrie dan Skinner. Setiap dari pelopor – pelopor ini memberikan kontribusi yang kuat bagi perkembangan teori ini dari awal perkebangannya hingga sekarang.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.





Ciri dari teori behaviorisme:
·         Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
·         Bersifat mekanistis,
·         Menekankan peranan lingkungan,
·         Mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
·         Menekankan pentingnya latihan,
·         Mementingkan mekanisme hasil belajar,
·         Mementingkan peranan kemampuan, dan
·         Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
2.1.1 Implikasi Dalam Behaviorisme Melalui Kasus Pembelajaran.
Dalam behaviorisme, seorang guru selaku pengajar dan pengawas jalannya pembelajaran memiliki kemiripan dengan seorang peneliti yang akan meneliti objek penelitiannya. Dimana seorang peneliti akan mengambil jarak atau distansi penuh dengan objeknya, bersikap netralitas, memanipulasi, merumuskan hukum – hukum, bebas kepentingan, universal dan instrumental terhadap objeknya. Dalam hal ini guru juga berlaku hal yang sama terhadap siswa – siswi didiknya. Penulis mengambil contoh kasus dalam pembelajaran musik yang menggunakan pendekatan teori behaviorisme.
Ketika seorang guru ingin mengajarkan bagaimana mengajarkan tanggan nada kepada muridnya, ia akan mengamati terlebih dahulu bagaimana keadaan fisik jari murid – muridnya dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh tiap murid dengan sikap berjarak. Guru akan berfikir ia sebagai subjek dan murid – murid adalah sebagai objek. fakta netral harus dimiliki oleh sang guru dalam menghadapi muridnya. Sebuah pemikiran yang bersih dari unsur- unsur subjektifnya. Ditahap ini materi – materi pembelajaran akan diberikan sebagai bentuk stimulus dari guru terhadap muridnya.
Guru akan menjelaskan dan mencotohkan tentang bagaimana musik rangkaian sebab – akibat dalam pengajaran akan didapatkan sebagai hasil. Rangkaian sebab (pemberian stimulus) – akibat ini akan menghasilkan sebuah respon dari murid dimana respon ini akan membentuk sebuah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pembelajaran. teori – teori tersebut akan dipraktekkan secara instrumental dan universal di kelas – kelas selanjutnya.
Kasus singkat diatas adalah contoh dari sebuah pengajaran di kelas dengan penerapan teori behaviorisme. Guru memberikan sebuah stimulus berupa materi – materi pengajaran dan mengharapkan akan mendapatkan sebuah respon yang berupa perubahan tingkah laku dari murid – muridnya. Perubahan tingkah laku dalam bentuk dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mempraktekkan pelajaran yang diberikan berubah menjadi mampu untuk mempraktekkannya. Guru tidak melihat bagaimana proses murid – murid mencerna materi pengajaran, guru hanya melihat bagaimana hasil akhir yang diperoleh. Reinforcement positive atau negative yang akan diberikan tergantung dari bagaimana perubahan tingkah laku yang dihasillkan.
2.2. Teori Kognitivisme.
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasarnya setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel. Ketiga teori ini dijabarkan sebagai berikut:







No
Piaget
Brunner
Ausubel
1



2
Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa.


Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
a. Asimilasi
b. Akomodasi
c. Equilibrasi
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
a. Enaktif (aktivitas)
b. Ekonik (visual verbal)
c. Simbolik
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru
Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
a.Memperhatikan stimulus yang diberikan
b. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Prinsip kognitivisme banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1.      Si belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu,
2.      Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks,
3.      Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.



Adapun kritik terhadap teori kognitivisme adalah:
1.      Teori kognitif lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah,
2.      Sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita tidak mungkin memahami “struktur kognitif” yang ada dalam benak setiap siswa.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya  implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan  sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi pelajaran  bahasa arab hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran bahasa arab di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus  pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal kosakata.
2.3. Teori Konstruktivisme.
2.3.1 Pengertian Konstruktivisime.
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universitas tetapi tidak begitu jelas dan tidak ditekankan.

Mengikut kepahaman konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boeh dipindahkan daripada guru kepada guru dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu bina sesuatu pengetahuan iut mengikut pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema iaiatu aktiviti mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran murid tidak akan menghadapi realiti yang wujud secara terasing dalam persekitaran. Realiti yang diketahui murid adalah realiti yang dia bina sendiri.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahawa:
·         Rutherford dan Ahlgren.
Murid mempunyai idea mereka sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kefahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kefahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam peperiksaan mereka mungkin memberi jawapan seperti yang dikehendaki oleh guru.
·         John Dewey.
Pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti pengajaran dan pembelajaran.
Dari persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid meniur dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.


Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
  1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
  2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
  3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
  4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
  5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
  6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
2.3.2 Perbandaingan Objektivisme Dengan Konstruktivisme.
Paradigma pendidikan masa kini adalah kebanyakannya merupakan paradigma objektivisme. Paradigma ini gagal menyelesaikan banyak masalah dalam pendidikan. Perbedaan antara objektivisme dengan konstruktivisme adalah sangat nyata. Objektivisme berdasarkan tanggapan bahawa wujud pengetahuan di luar persepsi manusia. Menurut pandangan ini, fungsi sains ialah untuk memastikan pengetahuan disampaikan secara objektif. Proses pembelajaran dalam paradigma ini hanyalah untuk menyalarkan pengetahuan dari pendidik kepada murid. Pengetahuan sains dari perspektif konsruktivisme adalah penjelasan paling sesuai untuk menghuraikan fenomena yang diperhatikan.
Ahli objektivisme berpendapat bahawa kata pemutus tentang apa yang perlu diajar dan siapa yang patut mengajar adalah dibuat oleh `pakar' yang semestinya mengetahui segala-galanya. Ini menyebabkan ramai murid tidak dapat melihat keperluan belajar sebagaimana yang dilihat oleh pihak `pakar'. Model autoritarian ini menjadikan guru sebagai sumber pengetahuan dan menjadikan guru sangat penting dalam bilik darjah. Murid dan juga orang awam beranggapan guru mempunyai segala jawapan bagi semua masalah. Sistem ini gagal melahirkan murid yang produktif dan berpengetahuan luas.
Dari pandangan ahli konstruktivisme, setiap orang murid mempunyai peranan dalam menentukan apa yang akan mereka pelajari. penekanan diberi kepada menyediakan murdi dengan peluang untuk membentuk kemahiran dan pengetahan di mana mereka menghubungkaitkan pengalaman lampau mereka dengan kegunaan masa depen. murid bukan hanya dibekalkan dengan fakta-fakta sahaja, sebaliknya penekanan diberi kepada proses berfikir dan kemahiran berkomunikasi. Selepas satu sesi perbincangan murid bersama-sama menetnukan perkara penting yang harus dipelajari dan tujuan mempelajarinya. Dalam proses ini murid akan mengalami prosedur yang digunakan oleh seorang saiantis seperti menyelesaikan masalah dan memeriksa hasil yang diperolehi














Perbandingan Objektivisme Dengan Konstruktivisme Dalam Pendidikan.

Objektivisme
Konstruktivisme
Tanggapan Utama
Pengetahuan wujud bebas dari persekitaran dalaman dan luaran pelajar
Pengetahuan bukan objektif, apa yang kita benar-benar tahu dan faham hanyalah persepsi kit. Ia ditentukan oleh kita semua. Pengetahuan tidak mempunyai struktur mutlak
Kesan
Guru menolong murid membina pengetahuan dan rangka konteks di mana ia wujud. Mereka mengguna analogi, contoh dan pelbagai kaedah mengingat. Mereka tanya soalan untuk membantu murid
Guru menolong murid membina kefahaman baru dan menolong murid merakamkannya ke dalam struktur kognitif sedia ada. Mereka melakukannya dengan menolong murid membentuk analogi, contoh dan kaedah mengingat murid sendiri, dan guru menolong murid membentuk soalan yang perlu ditanya bagi membimbing mereka ke arah kefahaman yang lebih tinggi
Respons Guru
"ada perkara yang anda hendak tahu dan saya akan ajar kepada anda apa yang saya tahu"
"Saya ajari ini, mereka belajar ini"
"Pelajar ini sungguh bijak, mereka belajar apa saja yang saya ajarkan"
"Ada perkara yang anda hendak tahu dan saya akan tolong anda mengetahui bagaimana anda boleh belajar mengenainya"
"Saya ajar ini, mereka belajar itu"
"Pelajar ini sungguh bijak, mereka belajar perkara yang saya tidak pernah rancang untuk ajar mereka"



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
·         Teori behaviorisme (teori belajar), hanya menganalisa perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan serta tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
·         Teori kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori perkembangan mental Piaget yang merupakan bagian dari teori kognitif juga yang menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan.
·         Teori kognitivikan mempunyai bentuk struktur sama dengan teori perkembangan mental piaget yaitu kognitif, yang artinya perubahan persepsi dan pengalaman tidak selalu berbentuk tingkah laku yang bisa diamati, tetapi pada dasarnya mengasumsikan setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya
3.2 Saran.
       Diharapkan setelah membaca hasil makalah ini, pembaca dapat menerapkan dan mempraktekkannya sesuai dengan hasil yang pembaca dapat dari makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme/ 
Makalah Muhammad Bagus Jazuli/ 08420120/ Pendidikan Bahasa Arab/Fakultas: Tarbiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar